Malang,
Fenomena – Hari ketiga paskah pembukaan Diesnatalis, LPM Fenomena melakukan
gebrakan literasi di depan gedung C yakni Sehari Baca Koran dan Perpustakaan
Fenomena. Sehari Baca Koran adalah kegiatan berbagi koran atau menyediakan
koran gratis bagi siapa saja yang lewat. Sedang, Perpustakaan Fenomena adalah
menyediakan buku-buku bacaan yang dimiliki anggota Fenomena untuk siapa saja
yang mau membaca. Koran yang disediakan adalah harian Kompas karena memang
dalam diesnatalis kali ini, LPM Fenomena bekerja sama dengan Kompas.
Kegiatan
ini berlangsung dari siang menjelang duhur sampai magrib. Dalam pengadaan
Perpustakaan Fenomena, panitia diesnatalis mengambil rak sepatu menjadi rak
buku karena keterbatasan fasilitas di FKIP. Tanpa merubah atau menghiasi apapun
padanya, hanya menambahkan selembar kertas di pojok rak dengan tulisan
acak-acakkan “SILAHKAN DIBACA DAN DIOBROLKAN”.
Perpustakaan LPM Fenomena yang memakai rak sepatu sebagai rak buku |
Beberapa
pembaca (baik koran maupun buku) tidak hanya berasal dari warga FKIP melainkan
dari Fakultas Ekonomi yakni anggota LPM Mei ataupun dari F. Teknik dan F.
Pertanian yakni anggota LPM Radix F. Pertanian Unisma. Beberapa pembaca ingin
membawa pulang buku-buku bacaan tapi dilarang panitia agar mau membaca di
tempat dan berakrab-ria, menikmati cemilan juga minum yang disediakan panitia,
dengan anggota Fenomena.
Selain
khusyu membaca, beberapa pembaca juga sempat mengobrolkan buku-buku seperti
halnya pelacur yang sangat berpengaruh yang dikisahkan Paul I. Wellman yakni
Theodora dalam buku Wanita (2005) juga biografi singkat Hitler yang disebutkan
mati di Surabaya. Di tengah berlangsungnya kegiatan Dekan FKIP, Dr. Hasan Busri
M.Pd., sempat bertanya koleksi buku-buku yang disediakan LPM Fenomena dan
memberikan komentar positif “Buku-bukunya bagus dan saya sudah punya semua di
rumah”.
Pukul
15.30 WIB, Sekjen Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Dewan Kota
Malang, Imam Abu Hanifah, hadir untuk kembali mengobrol prihal jurnalistik.
Pria yang akrab disapa Icil tersebut menyampaikan “Sembilan Elemen” dan “Pisau
Bedah” dalam dunia jurnalistik. Tanya jawab berlangsung seru ketika sampai pada
elemen terakhir yakni hati nurani. “Kita tidak mungkin tega memberitakan adek
kita korupsi yang berujung pada penjara meskipun data lengkap tersimpan di
komputer rumah” kata Icil dalam menjelaskan elemen hati nurani. (Oed)