REFLEKSI 2016 REFORMASI 2017
2016 telah lewat beberapa waktu, kini hanya
tersisa sejarah yang ada untuk dikenang dan dapat belajar dari apa yang telah
terjadi di tahun lalu, pelajaran terbaik ketika belajar pada apa yang telah
terjadi, pengalaaman terhebat ketika mampu merefleksikan setiap kejadian di
masa lalu, ketika mengambil hikmah dari apa yang telah terjadi, akan memberikan
mafaat untuk masa yang akan datang,di tahun 2017 tahun yang akan menjadikan
harapan besar bagi semua yang menganggap tahun 2017 tahun harapan, terutama
untuk bangsa Indonesia banyak hal yang telah terjadi di masa lalu yang menjadi
bumerang bagi anak bangsa dan regenerasi bangsa. Tidak ada salahnya apa yang
terjadi di masa lalu dijadian pelajaran yang terbaik untuk masa yang akan
datang, “Habis Gelap Terbitlah Terang” (R.A Kartini).
Jika gelap menjadi bumerang di masa lalu apa yang menjadi
refleksi bagaimana gelap tidak selalu menjadi gelap, setidaknya jadikan
kegelapan itu sebuah ukiran sejarah untuk memberikan sinar kecil dalam
kegelapan. kalau tidak bisa memberikan sinar terang setidaknya menjadi lilin
dalam kegelapan. 2016 telah terlewati untuk memutar kembali tidak akan bisa,
yang mampu bisa memutar hanya pola pikir untuk kembali dan menganalisis
beberapa kejadian yang ada di masa lampau, di mana masabisa menemukan pelajaran
yang belum dirasakan untuk masa yang akan datang. Bahkan dalam hal ini jika
ingin menjadi yang terbaik pandai-pandailah untuk menoleh kepada sejarah,
karena yang telah terjadi di masa lalu tidak pernah memberikan kebohongan, maka
harus bisa mengambil pelajaran bahwa kejadian di masa lalu bisa memberikan
refleksi tidak hanya menatap ke depan tanpa memperhatikan yang telah berlalau,
sejarah ibaratkan spion kecil, ketika ingin melangkah ke dapan melihatlah ke
spion kecil yang akan memberikan arahan bahwa berjalan yang terarah harus
bercermin pada sejarah pada 2016.
Banyak sejarah yang patut diresapi di negara pada tahun
lalu 2016. Sumber dari Klikkabar.com ada beberapa kasus yang terjadi yang
menyita hati publik dan masyraka, mulai dari kasus kekerasan seksual dan
pembunuhan yang ada di Tanggerang (12/05/16), wanita umur 18 tahun, di temukan
sangat tragis dengan ganggang cangkul yang masuk ke alat kemaluannya. Pada
tahun yang sama kekerasan seksual dan pembunuhan di Bengkulu (02/04/16), Siswi
SMP yang bernama Yuyun diperkosa 14 pria mabuk hingga nasib malang nyawanya
tidak tertolong. Yoyakarta (28/04/16), Mahasiswi UGM dibunuh di Toilet kampus
oleh OBoffice boy kampus lantaran iri
dengan apa yang dimiliki korban. Tanggerang Banten (13/04/16), Pembuhan yang
sangat keji dengan memutilasi pacarnya yang sedang hamil, lantaran tersangka
dipaksa untuk bertanggungjawab. Kalimatan Selatan (14/01/16), Penemuan mayat
perempuan di samping rumah korban yang bernama Atni dibunuh dan dicor dengan semen
dikubur disamping rumahnya lantaran menjadi istri simpanan tidak kuat meminta
dinikahi secara resmi. Pada tahun yang sama terjadi di Denpasar Bali (29/02/16),
seorang anak SD yang tidak ditemukan beberapa bulan bernama Angeline berumur 8
tahun di temukan sudah tidak bernyawa di kandang ayam belakang rumah Ibu
angkatnya. Pada tahun yang sama 2016, terjadi pembunuhan seorang aktivis
agraria ketika membela haknya, sehingga terjadi konflik agraria di Lumajang
(23/06/16) Salim Kancil, di bunuh karena dianggap ikut campur dalam penambangan
pasir ilegal, dan ini sebagian dari yang telah terjadi pada tahun lalu. Beberapa
yang telah terjadi pada masa lalu sebagai refleksi untuk mengenang sejarah dan bukan
hanya untuk dinikmati memperindah sejarah.
Apa yang telah terjadi
di masa lampau, semua bisa dijadikan refleksi di tahun yang baru ini 2017,
bagaimana caranya sejarah yang telah terjadi tidaklah terulang kembali di masa
mendantang, tentunya semua permasalahan di dunia ini pasti ada solusinya,setiap
ada kemauan pasti ada jalan, penanganan hal yang telah terjadi akan lebih mudah
daripada menangani hal yang belum terjadi, dengan menoleh kebelakang untuk
mencari solusi yang terbaik sehingga kejadian yang sangat mengerikan bisa di
selesaikan setidaknya mengurangi yang telah terjadi. Sehingga tidak ada sesuatu
yang tidak ada penyelesaianya semunya akan dapat di atasi, negara yang sejati
tidak akan mewarisi sebuah bencana yang membuatnya lebih suram, karena tugas
negara dan bagaimana pemerintah yang mempunyai hak dan kewajiban dapat
memikirkan dan bagaimana negara ini diarahkah, rakyat kecil hanya menjadi ekor
sehingga keharmonisaan dalam negara dengan masyrakat harus dijaga relasi yang
mampu menemukan penyelesaian secara bersama.
Ending 2016 ada
beberapa permasalahan yang menyita mata hati publik dari ancaman teroris bahwa
negeri ini masih dalam ancamaan dari oknum yang ingin memecahkan Bhineka
Tunggal Ika, teroris bagaimana kita bisa berpikir secara kritis dan logis
ketika menanggapi setiap kejadian di negeri ini, bahwa permasalahn yang terjadi
apakah itu hanya akal-akalan orang Indonesia, itu semua sebuah bentuk ujian
ediologi bangsa indonesia dari beberapa kejadian mulai dari bentuk aksi 212 dan
penangkapan salah satu teroris, dan jika di kritisi secara seksama. Jiwa
regenerasi bangsa ini lagi dikacaukan, sehingga akhir suatu hari tidak akan ada
yang mengenal yang namanya Pancasila yang memiliki lima butir, hanya nama dan
lambang yang gagah terpampang di ruang diding lembaga. Akan tetapi anak bangsa
apatis terhadap ediologi sehingga jiwa-jiwa nasionalis yang menjadi andalan
negeri untuk masa yang akan datang lambat laun akan terkikis gilas, dan hanya
tercipta sebuah generasi bangsa yang hanya menjadi pemimpin yang siap pakai
(instan), tanpa melihat latar belakang dan sejarahnya.
Negara yang mewariskan suatu permasalahan dan akan
terulang kembali apa yang telah terjadi tidak akan patut diberi nama negara,
bahkan tidak mungkin seekor kancil masuk dalam lubang yang sama, kecuali kerbau.
Bahkan dalam suatu negara memiliki sebuah sumpah, dan janji negara itu untuk
melindungi “segenap bangsa dan seluruh tumpah darah” yang di nomorkan pembukaan
Undang-undang Dasar 1945. Cita-cita negara sangat mulia untuk membentuk dengan
memberikan seluruh tumpah darahnya sebagai jaminan untuk mengatasi apa yang
telah terjadi di negeri ini hakikinya jiwa pemimpin sudah jelas resolusi dalam
UUD 1945 No 1, sebuah kejadian yang ada bukanlah lonceng terakhir dari masa
depan. Maka hal yang terbaik di masa lalu di tahun 2016, jadikan sebuah
kebanggaan yang tidak hanya bangga di hari ini saja, namun jadikan sebuah
amanah yang akan menjanjikan di masa yang akan datang. Jika yang terburuk di
tahun 2016 jadikan semua itu refleksi untuk reformasi di tahun 2017, untuk
menjadikan bangsa dan negara yang lebih baik dan revolusi negara ini memang di
tunaikan kepada rakyat, akan menemukan rilnya rovolusi negeri ini.(*)
Penulis
AKHMAD
Mahasiswa
Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP
Universitas
Islam Malang (UNISMA)