Perasaan
kemarin yang sudah sekian lama
terpendam hanya pada satu orang, kini sudah bisa tergantikan dengan satu orang
lainnya. Namun lagi-lagi takut akan bayangan hitam masa lalu datang lagi itu
lah yang membuat ku takut untuk menyimpan rasa suka pada orang lain. Namun, baru-baru ini sesosok
cowok yang datang mendekati sedikit menarik perhatian ku, namun saat rasa suka
mulai tumbuh di hati, dia kemudian bersikap seakan acuh tak acuh. Sikapnya
sangat berbeda saat pertama kenalan.
Perasaan
suka yang ku pendam membuat ku merasa sakit sendiri. Sering terjadi perdebatan
yang tidak mempunyai alasan yang jelas, seakan-akan hanya aku yang merasa ada
sesuatu yang salah. Hari-hari berlalu.
Ku rasakan sangat berat, hanya bisa memendam rasa,
sebagaimana pun aku bersikap cuek, tetap saja aku merasakan sakitnya memendam
perasaan.
Sebenarnya
aku sudah memberikan tanda-tanda kalo aku punya rasa suka, tapi itu juga di
karenakan dialah yang pertama memberi ku tanda tersebut. Namun, setelah tanda-tanda
yang diberikannya mulai ku sambut baik dia malah bersikap seolah tidak ada
perasaaan sama sekali.
Tempat
tinggal yang berdekatan membuat ku tambah gregetan dengan perasaan ku sendiri.
Karena sadar ini adalah perasaan yang pernah ku alami 3 tahun yang lalu. Ketika
ku mengenal Ryan. Perbedaan
umur 2 tahun juga membuat ku berfikir berkali-kali untuk meneruskan perasaan
ku. Rasanya tidak wajar kalau cewek lebih tua daripada cowoknya. Aku mempunyai
beberapa teman sebagai tempat curahan hati ku, mereka menyarankan ku untuk
tidak terlalu memikirkan tetangga ku tersebut dan bersikap cuek dan sewajarnya
saja. Dan aku berusaha mengikuti saran teman ku tersebut, walau sangat sulit
untuk ku melakukannya.
Seiring
waktu yang terus berjalan, rasa suka ini semakin mendalam. Semakin ku coba
untuk menjauh, semakin kuat hati ini berontak untuk terus mendekat. Rasa ini
mulai di luar kendali, ingin selalu ketemu dan ngobrol. Harus ku akui, aku memang menunjukan
rasa suka ini kepadanya, mungkin karena itu dia berubah mulai agak cuek. Dan
gara.gara sifat nya itu lah yang membuat ku merasakan hal yang biasa menjadi
sangat luar biasa. Kadang pertengkaran kecil terjadi begitu saja tanpa sebab
yang jelas. Akhirnya aku yang meminta maaf dan akhirnya menanggung malu. Kadang
kita terlihat akrab namun terkadang kita juga seperti dua orang yang tidak
saling mengenal satu sama lain. Dan alhasil, akhirnya sekarang kita agak
jauhan.
Kejadian
malam kemaren selalu menari-nari di ingatan, seolah ingatan itulah yang memberi
ku semangat untuk tetap bertahan. Malam minggu yang lalu aku nongkrong sama teman ku, dan dia bersama teman-temannya.
Aku memang berencana mengajak dia ketemuan.
Setelah agak larut malam, dan aku juga sudah
tidak bersama teman ku lagi,
ternyata dia
setuju mau ketemu sama aku. Ya akhirnya, kami
duduk berdua di saksikan dinginnya malam dengan
obrolan biasa. Tapi
bagi ku itu seperti obrolan dua orang yang sudah
lama kenal. Sesekali di selingi tawa canda kita berdua. Obrolan terkadang
berhenti dan sunyi untuk beberapa saat dan kemudia berlanjut lagi. Tanpa terasa jam udah
menunjukan setengah 2, dan akhirnya tetangga ku itu memutuskan untuk pulang,
walaupun sebenarnya aku ingin duduk lebih lama bersamanya. Tapi aku juga tidak
akan mungkin untuk memintanya terus bersama ku.
Aku
ingin penderitaan ku ini segera berakhir. Aku sudah memikirkan satu solusi gila
yang mungkin saja manjur. Banyak
sekali pertimbangan yang harus ku ambil untuk keputusan itu. Tidak terlewat
pendapat dari ke empat orang temanku yang hasilnya imbang, dua pro dan 2 lagi
kontra. Tapi aku sedikit dapat pencerahan dari pendapat mereka yang berbeda.
Hari-hari selanjutnya si tetangga hanya sms kalo lagi ada perlu. Seperti ngajak
volly, karena aku sama teman-teman juga pernah main volly bareng dia dan
teman-temannya. Dengan sikapnya yang seperti itu maka semakin membuat darah ku
naik. Aku udah muak, capek, letih menghadapinya.
Hari
berikutnya aku positive untuk menjalankan solusi gila ku. Aku terinspirasi dari
foto yang aku lihat di Facebook.
Aku pun mulai berkreasi dengan bekal foto tadi. Dan tepat tanggal 16 juni 2015
aku pun memberi tahu perasaan ku dengan foto dan sepotong tulisan yang ku rasa
cukup mewakili semuanya melalui bbm (social network). Aku juga bilang, untuk
menganggap pengakuan ku itu tidak pernah terjadi.
Namun
sekali lagi aku tidak bertujuan mengakui perasaan ku ke dia kalau aku
sayang sama dia itu mengharuskan kita jadian atau pun dia harus menerima aku
jadi pacarnya. Itu harapan yang terlalu tinggi. Tapi tuajuan
ku tidak lain adalah untuk memberitahu yang sebenarnya dan juga belajar untuk
tidak berbohong pada diri ku sendiri. Aku tidak mau dan tidak akan mampu
menyimpan beban yang terlalu berat dan terlalu lama di hati ku. Hanya itu,
tidak lebih.
Tidak
berselang lama aku pun mendapatkan balasan dari pesan yang ku kirim, yang
mengatakan “aku ngerti kamu sayang sama aku.. aku juga ada sayang sama kamu..”
kurasa itu balasan yang udah lebih dari cukup, dan aku berterima kasih untuk
itu. Ku anggap cerita ini cukup sampai disini saja. Aku dan dia berusaha untuk
senetral dan sebiasa mungkin walaupun kenyataannya agak kaku. Aku sadar bahkan
untuk mengabaikan dan untuk tidak menoleh kearah mu itu sangat sulit bagi ku.
Dan kalo aku boleh jujur aku akan tetap menyayangi mu di dalam diam ku. Karena
itulah aku dan itulah caraku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar