Kamis, 22 Oktober 2015

UNISMA BERSARUNG

MALANG, FENOMENA – Universitas Islam Malang sangat antusias menyambut Hari Santri Nasional. Hal ini dibuktikan Unisma pagi tadi (22/10) dengan melakukan upacara Lustrum ke-7 dengan memakai sarung. Hari ini pula, segala kegiatan di kampus mewajibkan memakai sarung baik dosen, karyawan, maupun mahasiswa sesuai Intruksi Rektor nomor : 702/F.01/U.X/AK/2015.
Rektor Unisma Mengenakan Sarung di acara Lustrum ke 7 Unisma (foto: Arafah UKM Panorama).
Sejak pukul 06.00 WIB, Unisma dibanjiri “manusia bersarung”. Mereka adalah peserta upacara Lustrum ke-7 Unisma. Baik laki-laki mau pun perempuan, memakai sarung demi menghormati Hari Santri Nasional sekaligus pemecahan Rekor Muri. Upacar Lustrum dimulai pukul 07.30 di halaman depan Unisma atau bekas Taman Seribu Janji.

Seperti biasa, shalawat Nuril Anwar sebagai pembuka. Disusul Indonesia Raya yang dinyanyikan bersama-sama penuh khidmat. Mars Unisma pun dinyanyikan dengan tak kalah khidmat sesudahnya. Acara berlanjut ke laporan ketua pelaksana Lustrum yang menyampaikan banyak hal. Di antaranya adalah alasan mengapa Lustrum diperingati pada tanggal 22 Oktober. Pertama, pada tanggal tersebut, KH. Hasyim Asyari menandatangani Resolusi Jihad untuk semangat juang merdeka dari jajahan. Kedua, bertetapan dengan Hari Santri Nasional yang ditetapkan pemerintah.

Kemudian, Rektor Unisma, Dr. Masykuri Bakri, M.Si, selaku inspektur upacara menyampaikan cita-cita dan harapan besar Unisma untuk bangsa. Pukul 08.11 WIB penabuan gong dan pelepasan balon yang diikuti tepuk tangan meriah peserta. Balon sempat tersangkut di pucuk tiang bendera selama 60 detik-an. Upacara diakhiri pembacaan doa sebelum pemimpin upacara membubarkan peserta. Shalawat kembali bergema mengiringi “manusia sarung” meninggalkan lapangan upacara.
Unisma pun mendapat piagam penghargaan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia sebagai “Pemrakarsa dan Penyelenggaraan Perkuliahan dengan Menggunakan Sarung oleh Peserta Terbanyak” sesuai piagam nomor : 7142/R.MURI/X/1055. Unisma terus melakukan gerakan-gerakan positif. Unisma Bershalawat, Unisma Berjamaah, dan Unisma Bersarung. Identitas ke-NU-an Unisma semakin nampak.

Meskipun Unisma adalah kampus NU tetapi Unisma juga menerima non muslim sebagai mahasiswa. Reporter Fenomena berhasil mewawancarai salah satu mahasiswi non muslim dari PBSI (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia), Lidina Astri mengatakan “Unisma sudah bagus mengadakan acara Hari Santri. Acara ini dapat meningkatkan keimanan dan itu juga bagian dari Islam.” Tetapi ia berpendapat bahwa kuliah memakai sarung bisa mengganggu kenyamanan KBM (Kegiatan Belajar dan Mengajar) bagi siapa yang tidak terbiasa “Mengenai kegiatan perkuliahan, saya rasa kurang efektif karena beberapa mahasiswa tidak nyaman mengenakan sarung.” (Oed, Spr, dan Uni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ACARA YANG AKAN DATANG ADALAH DISKUSI RUTIN BERSAMA PPMI